MAKALAH
PERKEMBANGAN WILAYAH PINGGIRAN
KOTA
“ BANDA ACEH ”
Disusun Oleh :
Akbar Juliansyah
Alvano Aditya Putra
Atikah Risti Darmayanti
Diah Maharani Putri
Dival Faizra Alvi
Guru Pembimbing :
Efriati ,S.Pd
KELAS XII IPA 3
SMA NEGERI 3 TUALANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa makalah yang berisi tentang “Perkembangan Wilayah Pinggiran Kota”
sehingga kami sebagai dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam proses
penulisan makalah ini penulis menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.
Namun, berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas mata pelajaran Geografi dengan guru pembimbing Ibu
Efriati S.Pd., selaku guru Geografi.
Makalah ini disusun berdasarkan kapasitas ilmu dan
buku-buku pedoman serta berbagai informasi yang didapatkan penulis.
Terselesaikan makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini. Adanya makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengentahuan dan dapat menambah wawasan bagi penulis dan
pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan
yang penulis miliki masih sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu penulis
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi
lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atasperhatiannya.
Perawang, 26 Oktober 2021
Penulis
DAFTAR ISI
A.Pengertian
Perkembangan Kota......................................................................................... 5
B. Model
Zonafikasi Peri Urban............................................................................................ 5
C. Gambaran
Umum Wilayah................................................................................................ 7
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.
Mengetahui model zonasi
wilayah pinggiran Kota Banda Aceh
2.
Mengetahui gambaran umum wilayah pinggiran
Kota Banda Aceh
3.
Mengetahui bagaimana upaya
pengembangan wilayah pinggiran Kota Banda Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
Kota
Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan
jumlah penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi
serta merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang
penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan
berkembang. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi
potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.
Istilah perkembangan kota (urban development) dapat
diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala
perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial
ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya
menggambarkan proses berkembangnya suatu kota dan Pertumbuhan kota mengacu pada
pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran
faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin
besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan
perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang
bersifat pematangan jika Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan
perekonomian dari primer kesekunder atau tersier maka Secara umum kota akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber
daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota
yang bersangkutan.
B. Model Zonifikasi Peri
Urban
Kutrz dan Eicher dalam Koesparmadi (2005) menemukan enam
definisi mengenaiperi urban yang menjadi ciri-ciri dari perkembangan peri
urban.
1) Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban saling
bertemu dan mendesak, diPherypheri kota modern.
2) Rural urban triage meliputi semua suburbia, kota satelit
dan teritorium lain yangberlokasi langsung di luar kota, dimana labor force-nya
terlibat di bidang non farming.
3) Suatu kawasan yang letaknya diluar perbatasan kota yang
resmi, tetapi masih dalam jarak melaju.
4) Kawasan di luar kota yang penduduknya berkiblat ke kota
(urban oriented residents).
5) Suatu kawasan pedesaan yang terbuka yang dihuni oleh
orang-orang yang berkerjadi dalam kota.
6) Suatu daerah dimana bertemu mereka yang memerlukan
kehidupan di kota dan didesa.
Dalam menentukan batasan peri urban,
dilakukan delianeasi wilayah. Menurut Yunus(2008), delineasi wilayah peri urban
dapat ditentukan dengan menggunakan beberapapendekatan sebagai berikut.
1. Pendekatan Administratif; Delimitasi subzona spasial
wilayah pinggiran kotaberdasarkan eksistensi unit administrasi.
2. Pendekatan Fisikal; Delimitasi subzona wilayah pinggiran
kota berdasarkan unitfisikal (jaringan jalan, saluran air, dll.)
3. Pendekatan Sel/Sistem grid; Delimitasi berupa bentuk
garis-garis konseptual yangdibuat secara horizontal dan vertikal.
Terdapat model
zonifikasi wilayah peri urban. Yunus (2000) juga mengklasifikasikanperi urban
dalam Model Zonifikasi Wilayah Peri Urban (WPU). Terdapat enam modelzonasi,
yaitu sebagai berikut
1. Urban Area
·
Daerah yang penggunaan
lahannya 100% berorientasi kekotaan.
·
Intensitas bangunan tinggi.
2. Urban Fringe Area
·
Zona yang berbatasan
langsung dengan zona kekotaan.
·
Daerah yang penggunaan
lahannya didominasi bentuk penggunaan lahanperkotaan.
·
Lebih dari 60% berupa urban
land use, kurang dari 40% rural land use.
3. Ur-ral Fringe Area
·
Subzona dengan penggunaan
lahan yang seimbang antara lahan yangberorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan
kisaran 40%-60%.
·
Penggunaan lahan kekotaan
sedikit lebih tinggi daripada penggunaan lahan pedesaan.
4. Rur-ban Fringe Area
·
Subzona dengan penggunaan
lahan yang seimbang antara lahan yangberorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan
kisaran 40%-60%.
·
enggunaan lahan kedesaan
sedikit lebih tinggi daripada penggunaan lahankekotaan.
5. Rural Fringe
·
Zona yang berbatasan langsung dengan zona
kedesaan.
·
Daerah yang penggunaan lahannya didominasi
bentuk penggunaan lahankedesaan.
·
Lebih dari 60% berupa rural land use, kurang
dari 40% urban land use
.
6. Rural Area
·
Daerah yang penggunaan lahannya 100%
berorientasi kedesaan. Intesintas bangunannya rendah.
C.
Gambaran Umum Wilayah
Penelitian dilakukan di Kecamatan Banda
Raya, Kecamatan Lueng Bata,Kecamatan Ulee Kareng. Ketiga kecamatan ini berada
pada administrasi Kota BandaAceh dan merupakan kawasan pinggiran. Ketiga
kecamatan tersebut terletak di bagianSelatan Kota Banda Aceh dan berbatasan
langsung dengan Kabupaten Aceh Besar dibagian Selatan. Kawasan penelitian
memiliki luas wilayah sebesar 1.628 Ha yaitu 26,53%dari luas Kota Banda Aceh
sebesar 6.135,9 Ha.
Tabel Perkembangan Penduduk di Lokasi
Kecamatan |
2008 |
2009 |
2010 |
2011 |
2012 |
Pertumbuhan rata-rata/thn |
Banda Raya |
21.376 |
20.207 |
20.352 |
20.878 |
22.325 |
1,11% |
Lueng Bata |
22.005 |
21.437 |
24.563 |
24.132 |
25.211 |
3,64% |
Ulee Karang |
20.906 |
20.409 |
21.935 |
23.088 |
24.121 |
3,84% |
Jumlah |
64.287 |
62.053 |
66.850 |
66.098 |
71.657 |
2,86% |
Untuk penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2008 pada jenis
penggunaanlahan permukiman di Kecamatan Banda Raya sebesar 204,48 Ha, Kecamatan
Lueng Batasebesar 436,47 Ha, dan Kecamatan Ulee Kareng sebesar 269,17 Ha;
perdagangan dan jasa di Kecamatan Banda Raya sebesar 6,70 Ha, Kecamatan Lueng
Bata sebesar 14,84Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 16,57 Ha; perkantoran
di Kecamatan BandaRaya sebesar 0,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 3,98 Ha,
dan Kecamatan UleeBareng sebesar 1,35 Ha; fasilitas umum dan fasilitas sosial
di Kecamatan Banda Rayasebesar 33,76 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 5,31 Ha,
dan Kecamatan Ulee Barengsebesar 6,11 Ha; pertanian dan perkebunan di Kecamatan
Banda Raya sebesar 229,32Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 59,00 Ha, dan Kecamatan
Ulee Bareng sebesar305,19 Ha; sempadan sungai di Kecamatan Banda Raya sebesar
3,68 Ha, KecamatanLueng Bata sebesar 14,50 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng
sebesar 16,61 Ha.Sedangkan penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2012
pada jenispenggunaan lahan permukiman di Kecamatan Banda Raya sebesar 278,93
Ha,Kecamatan Lueng Bata sebesar 456,67 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar
427,62Ha; perdagangan dan jasa di Kecamatan Banda Raya sebesar 12,75 Ha,
KecamatanLueng Bata sebesar 27,00 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 23,30
Ha;perkantoran di Kecamatan Banda Raya sebesar 0,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata
sebesar3,98 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 1,87 Ha; fasilitas umum dan
fasilitas sosialdi Kecamatan Banda Raya sebesar 36,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata
sebesar 7,41 Ha,dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 7,91 Ha; pertanian dan
perkebunan di Kecamatan Banda Raya sebesar 145,62 Ha, Kecamatan Lueng Bata
sebesar 24,54 Ha, danKecamatan Ulee Bareng sebesar 137, 69 Ha; Sempadan sungai
di kecamatan Banda Raya sebesar 3,68 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 14,50 Ha,
dan Kecamatan UleeBareng sebesar 16,61 Ha, sehingga, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di tabel berikut.
Tabel Penggunaan lahan di Lokasi
Penelitian Tahun 2008
Penggunaan Lahan |
Banda Raya |
Lueng Bata |
Ulee Bareng |
Total (Ha) |
Persentase(%) |
Pemukiman |
204,48 |
436,47 |
269,17 |
910,12 |
55,90 |
Perdagangan dan Jasa |
6,70 |
14,84 |
16,57 |
38,11 |
2,34 |
Perkantoran |
0,96 |
3,98 |
1,35 |
6,29 |
0,39 |
Fasilitas Umum dan Sosial |
33,76 |
5,31 |
6,11 |
45,18 |
2,78 |
Pertanian dan Perkebunan |
229,32 |
59,00 |
305,19 |
593,51 |
36,46 |
Sempadan Sungai |
3,68 |
14,50 |
16,61 |
34,79 |
2,14 |
Jumlah |
78,90 |
534,10 |
615,00 |
1.628,00 |
100 |
Tabel
Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2012
Penggunaan Lahan |
Banda Raya |
Lueng Bata |
Ulee Bareng |
Total(Ha) |
Persentase(%) |
Pemukiman |
278,83 |
456,67 |
427,62 |
1.163,22 |
71,45 |
Perdagangan dan Jasa |
12,75 |
27,00 |
23,30 |
63,05 |
3,87 |
Perkantoran |
0,96 |
3,98 |
1,87 |
6,81 |
0,42 |
Fasilitas Umum dan Sosial |
36,96 |
7,41 |
7,91 |
52,28 |
3,21 |
Pertanian dan Perkebunan |
145,62 |
24,54 |
137,69 |
307,85 |
18,91 |
Sempadan Sungai |
3,68 |
14,50 |
16,61 |
34,79 |
2,14 |
Jumlah |
478,90 |
534,10 |
615 |
1.628 |
100 |
Dari
kedua tabel di atas, dapat dilakukan perbandingan antara jumlah total dan
persentasepenggunaan lahan di lokasi penelitian pada Tahun 2008 dengan perbandingan
antara jumlah total dan persentase penggunaan lahan di lokasi penelitian pada
tahun 2012.
D. Identifikasi Permasalahan
Perkembangan suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh
kawasan sekitarnya, terutamaantara kota dengan kawasan pinggirannya. Secara fisik
perkembangan suatu kota dapatdicirikan dari penduduknya yang semakin bertambah
padat, bangunan-bangunan yangsemakin rapat dan wilayah terbangun terutama
pemukiman cenderung semakin luas,serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang
mendukung kegiatan sosial dan ekonomi.Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan
dan kegiatan penduduk perkotaan telahmengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang
kekotaan yang besar. Pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi telah memacu
perkembangan wilayah kota ke pinggiran danmengakibatkan perubahan lahan non
urban kearah luar kota terutama oleh kegiatanmanusia untuk bermukim berlangsung
secara bertahap seiring dengan waktu danberkembangnya kota. Perkembangan kota
juga dapat terlihat dari kenampakan fisik kotayang ditunjukan oleh terbentuknya
area pinggiran kota yang mempunyai sifat-sifat miripkota yang disebut urban fringe (Bintarto, 1983).Urban fringe adalah daerah peralihanpenggunaan lahan, yang
ditandai oleh transisi yang tetap dari pertanian ke non pertanianKota Banda
Aceh tahun 2012 memiliki total populasi sebanyak 238.784 pendudukyang tersebar
pada 9 kecamatan. Terdapat 4,47 persen angka pertumbuhan penduduk diKota Banda
Aceh dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 228.562 penduduk (Banda Acehdalam
angka, 2012). Kecamatan Lueng Bata, Banda Raya dan Ulee Kareng sebagaikawasan
pinggiran kota dengan daya dukung untuk memenuhi kebutuhanmasyarakatnya. Kota
Banda Aceh yang kompleks menyebabkan perubahan dalam aspekkeruangan yanga akan
mempengaruhi pola perkembangan di kawasan pinggiran kota dengan daya dukung
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Pengembangan wilayah mulai dipandang sebagai
solusi untukmempercepat pembangunan wilayah. Meski demikian, praktek yang
dilakukan masihbersifat sektoral berdasarkan kepentingan sektor masing-masing.
Pelaksanaan pembangunan dengan tinjauan kewilayahan terlihat dari penerapan
ekonomi geografi(geografical economic) seperti teori lokasi, teori resources
endowment dan teori pusatpertumbuhan (growth pole).Sejalan dengan perkembangan
kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi Aceh yang memiliki aktivitas kompleks,
kawasan pinggiran sebagai daerah penyangga secaralangsung menerima dampak
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kota.Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata,
dan Ulee Kareng sebagai kawasan pinggiran KotaBanda Aceh berfungsi untuk
mendukung aktivitas masyarakat perkotaan yang tinggi.Perubahan penggunaan lahan
terbangun pada Kecamatan Ulee Kareng terjadi disepanjang jalur transportasi
baru yaitu Jalan Prof. Ali Hasyimi yang melintasi GampongLambhuk, Lamteh, Ilie
dan Pango Raya. Pada Kecamatan Banda Raya perubahanpenggunaan lahan terbangun
sangat jelas terlihat di Gampong Mibo, Lhong Raya danLampuot. Pada Kecamatan
Lueng Bata perubahan penggunaan lahan terbangun terjadidi Gampong Batoh dan
Lamdom. Arahan kebijakan pengembangan kawasan pinggirandi Kecamatan Lueng Bata
telah menyentuh pada wilayah cepat berkembang yaitu padaGampong Batoh. Namun
Gampong Mibo di Kecamatan Banda Raya dan GampongCeurih di Kecamatan Ulee Kareng
yang tidak termasuk dalam kebijakan pengembangankawasan pinggiran justru
berkembang dengan pesat, sehingga perkembangan kawasanpinggiran pada Kecamatan
Banda Raya dan Ulee Kareng berjalan secara alami, tanpaarahan kebijakan
Pemerintah Kota Banda Aceh. Pola perkembangan kawasan pinggirandi Kecamatan
Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee Kareng terbentuk atas pola radial yangmengikuti
pola jaringan jalan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarakan
beberapa penjelesan pada baba sebelumnya maka dapat disimpulkanbahwa penggunaan
lahan di kawasan pinggiran Kota Banda Aceh mengalamipekembangan yang sangat
signifikan pada kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2008dengan 2012 khususnya pada
Kecamatan Ulee Kareng yaitu sebesar 57,13 persenperkembangan lahan terbangun.
Sedangkan Kecamatan Banda Raya sebesar 34,04persen dan Kecamatan Lueng Bata
sebesar 7,48 persen. Kecamatan Lueng Bataberkembang sesuai dengan arahan
kebijakan Pemerintah Kota Banda. Namunperkembangan kawasan pinggiran Kota Banda
Aceh pada Kecamatan Banda Rayadan Ulee Kareng berjalan secara alami tanpa
arahan kebijakan Pemerintah KotaBanda Aceh. Untuk itu, perlu adanya arahan
pengembangan wilayah cepatberkembang pada daerah hinterland yang belum
tersentuh oleh kebijakanpengembangan perumahan permukiman, dengan menyusun
RDTRK maupun RTRK pada kawasan cepat berkembang.
B.
SARAN
Dari
penulisan laporan ini, adapun saran yang kami kemukakan adalah :
1. Suatu perkotaan dapat tumbuh secara
alami diluar arahan perencanaan, untuk itu,sebagai seorang planner kita harus
selalu siap menghadapi hal tersebut dan dapatberpikir visioner.
2. Kawasan pinggiran bukan merupakan
kawasan yang harus digusur, melainkan kawasan yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dengan arahan kebijakan pengembangan yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik kawasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar