Rabu, 27 Oktober 2021

MAKALAH PERKEMBANGAN WILAYAH PINGGIRAN KOTA “ BANDA ACEH ”

DOWNLOAD DOKUMEN 



MAKALAH

PERKEMBANGAN WILAYAH  PINGGIRAN KOTA

“ BANDA ACEH ”

 

 

 

 

 

 


Disusun Oleh :

Akbar Juliansyah

Alvano Aditya Putra

Atikah Risti Darmayanti

Diah Maharani Putri

Dival Faizra Alvi

 

Guru Pembimbing :

Efriati ,S.Pd

 

 

KELAS XII IPA 3

SMA NEGERI 3 TUALANG

2021/2022


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa makalah yang berisi tentang “Perkembangan Wilayah Pinggiran Kota” sehingga kami sebagai dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam proses penulisan makalah ini penulis menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Namun, berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata pelajaran Geografi dengan guru pembimbing Ibu Efriati S.Pd., selaku guru Geografi.

Makalah ini disusun berdasarkan kapasitas ilmu dan buku-buku pedoman serta berbagai informasi yang didapatkan penulis. Terselesaikan makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Adanya makalah ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengentahuan dan dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki masih sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atasperhatiannya.

 

 

Perawang,  26 Oktober 2021

 

 

Penulis


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. 2

DAFTAR ISI. 3

BAB I PENDAHULUAN.. 4

1.1        Latar Belakang. 4

1.2        Tujuan. 4

BAB II PEMBAHASAN.. 5

A.Pengertian Perkembangan Kota......................................................................................... 5

B. Model Zonafikasi Peri Urban............................................................................................ 5

C. Gambaran Umum Wilayah................................................................................................ 7

D. Identifikasi Permasalahan. 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.. 11

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 11

B. Saran................................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA.. 12

 

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinyaperkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komperhensifmencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada dasarnya pendekatanpengembangan wilayah ini digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan.Konsep pengembangan wilayah berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu,teknologi dan kondisi wilayahnya.Pengembangan wilayah adalah suatu gerakan sebagian ataupun menyeluruh gunameningkatkan fungsi lahan dan penataan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikandan kesehateraan masyarakat untuk memajukan daerah. Selain itu pengembanganwilayah juga dapat diartikan sebagai upaya terpadu memacu perkembangan sosial ekonomi, menjaga kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hiduppada suatu wilayah.

1.2              Tujuan

            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1.      Mengetahui model zonasi wilayah pinggiran Kota Banda Aceh

2.       Mengetahui gambaran umum wilayah pinggiran Kota Banda Aceh

3.      Mengetahui bagaimana upaya pengembangan wilayah pinggiran Kota Banda Aceh.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perkembangan Kota

Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.

Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan proses berkembangnya suatu kota dan Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan jika Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier maka Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan.

B.     Model Zonifikasi Peri Urban

Kutrz dan Eicher dalam Koesparmadi (2005) menemukan enam definisi mengenaiperi urban yang menjadi ciri-ciri dari perkembangan peri urban.

1) Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban saling bertemu dan mendesak, diPherypheri kota modern.

2) Rural urban triage meliputi semua suburbia, kota satelit dan teritorium lain yangberlokasi langsung di luar kota, dimana labor force-nya terlibat di bidang non farming.

3) Suatu kawasan yang letaknya diluar perbatasan kota yang resmi, tetapi masih dalam jarak melaju.

4) Kawasan di luar kota yang penduduknya berkiblat ke kota (urban oriented residents).

5) Suatu kawasan pedesaan yang terbuka yang dihuni oleh orang-orang yang berkerjadi dalam kota.

6) Suatu daerah dimana bertemu mereka yang memerlukan kehidupan di kota dan didesa.

Dalam menentukan batasan peri urban, dilakukan delianeasi wilayah. Menurut Yunus(2008), delineasi wilayah peri urban dapat ditentukan dengan menggunakan beberapapendekatan sebagai berikut.

1. Pendekatan Administratif; Delimitasi subzona spasial wilayah pinggiran kotaberdasarkan eksistensi unit administrasi.

2. Pendekatan Fisikal; Delimitasi subzona wilayah pinggiran kota berdasarkan unitfisikal (jaringan jalan, saluran air, dll.)

3. Pendekatan Sel/Sistem grid; Delimitasi berupa bentuk garis-garis konseptual yangdibuat secara horizontal dan vertikal.

Terdapat  model zonifikasi wilayah peri urban. Yunus (2000) juga mengklasifikasikanperi urban dalam Model Zonifikasi Wilayah Peri Urban (WPU). Terdapat enam modelzonasi, yaitu sebagai berikut

1. Urban Area

·         Daerah yang penggunaan lahannya 100% berorientasi kekotaan.

·         Intensitas bangunan tinggi.

 

       2. Urban Fringe Area

·         Zona yang berbatasan langsung dengan zona kekotaan.

·         Daerah yang penggunaan lahannya didominasi bentuk penggunaan lahanperkotaan.

·         Lebih dari 60% berupa urban land use, kurang dari 40% rural land use.

 

       3. Ur-ral Fringe Area

·         Subzona dengan penggunaan lahan yang seimbang antara lahan yangberorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan kisaran 40%-60%.

·         Penggunaan lahan kekotaan sedikit lebih tinggi daripada penggunaan lahan pedesaan.

 

       4. Rur-ban Fringe Area

·         Subzona dengan penggunaan lahan yang seimbang antara lahan yangberorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan kisaran 40%-60%.

·         enggunaan lahan kedesaan sedikit lebih tinggi daripada penggunaan lahankekotaan.

 

      5. Rural Fringe

·          Zona yang berbatasan langsung dengan zona kedesaan.

·          Daerah yang penggunaan lahannya didominasi bentuk penggunaan lahankedesaan.

·          Lebih dari 60% berupa rural land use, kurang dari 40% urban land use

.

       6. Rural Area

·          Daerah yang penggunaan lahannya 100% berorientasi kedesaan. Intesintas bangunannya rendah.

 

 

C.    Gambaran Umum Wilayah

Penelitian dilakukan di Kecamatan Banda Raya, Kecamatan Lueng Bata,Kecamatan Ulee Kareng. Ketiga kecamatan ini berada pada administrasi Kota BandaAceh dan merupakan kawasan pinggiran. Ketiga kecamatan tersebut terletak di bagianSelatan Kota Banda Aceh dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar dibagian Selatan. Kawasan penelitian memiliki luas wilayah sebesar 1.628 Ha yaitu 26,53%dari luas Kota Banda Aceh sebesar 6.135,9 Ha.

 

 

Tabel Perkembangan Penduduk di Lokasi

Kecamatan

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

Pertumbuhan rata-rata/thn

Banda Raya

21.376

20.207

20.352

20.878

22.325

1,11%

Lueng Bata

22.005

21.437

24.563

24.132

25.211

3,64%

Ulee Karang

20.906

20.409

21.935

23.088

24.121

3,84%

Jumlah

64.287

62.053

66.850

66.098

71.657

2,86%

 

Untuk penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2008 pada jenis penggunaanlahan permukiman di Kecamatan Banda Raya sebesar 204,48 Ha, Kecamatan Lueng Batasebesar 436,47 Ha, dan Kecamatan Ulee Kareng sebesar 269,17 Ha; perdagangan dan jasa di Kecamatan Banda Raya sebesar 6,70 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 14,84Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 16,57 Ha; perkantoran di Kecamatan BandaRaya sebesar 0,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 3,98 Ha, dan Kecamatan UleeBareng sebesar 1,35 Ha; fasilitas umum dan fasilitas sosial di Kecamatan Banda Rayasebesar 33,76 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 5,31 Ha, dan Kecamatan Ulee Barengsebesar 6,11 Ha; pertanian dan perkebunan di Kecamatan Banda Raya sebesar 229,32Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 59,00 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar305,19 Ha; sempadan sungai di Kecamatan Banda Raya sebesar 3,68 Ha, KecamatanLueng Bata sebesar 14,50 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 16,61 Ha.Sedangkan penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2012 pada jenispenggunaan lahan permukiman di Kecamatan Banda Raya sebesar 278,93 Ha,Kecamatan Lueng Bata sebesar 456,67 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 427,62Ha; perdagangan dan jasa di Kecamatan Banda Raya sebesar 12,75 Ha, KecamatanLueng Bata sebesar 27,00 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 23,30 Ha;perkantoran di Kecamatan Banda Raya sebesar 0,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar3,98 Ha, dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 1,87 Ha; fasilitas umum dan fasilitas sosialdi Kecamatan Banda Raya sebesar 36,96 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 7,41 Ha,dan Kecamatan Ulee Bareng sebesar 7,91 Ha; pertanian dan perkebunan di Kecamatan Banda Raya sebesar 145,62 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 24,54 Ha, danKecamatan Ulee Bareng sebesar 137, 69 Ha; Sempadan sungai di kecamatan Banda Raya sebesar 3,68 Ha, Kecamatan Lueng Bata sebesar 14,50 Ha, dan Kecamatan UleeBareng sebesar 16,61 Ha, sehingga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut.

 

Tabel Penggunaan lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2008

 Penggunaan Lahan

Banda Raya

Lueng Bata

Ulee Bareng

Total (Ha)

Persentase(%)

Pemukiman

204,48

436,47

269,17

910,12

55,90

Perdagangan dan Jasa

6,70

14,84

16,57

38,11

2,34

Perkantoran

0,96

3,98

1,35

6,29

0,39

Fasilitas Umum dan Sosial

33,76

5,31

6,11

45,18

2,78

Pertanian dan Perkebunan

229,32

59,00

305,19

593,51

36,46

Sempadan Sungai

3,68

14,50

16,61

34,79

2,14

Jumlah

78,90

534,10

615,00

1.628,00

100

 

 

 

Tabel Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2012

Penggunaan Lahan

Banda Raya

Lueng Bata

Ulee Bareng

Total(Ha)

Persentase(%)

Pemukiman

278,83

456,67

427,62

1.163,22

71,45

Perdagangan dan Jasa

12,75

27,00

23,30

63,05

3,87

Perkantoran

0,96

3,98

1,87

6,81

0,42

Fasilitas Umum dan Sosial

36,96

7,41

7,91

52,28

3,21

Pertanian dan Perkebunan

145,62

24,54

137,69

307,85

18,91

Sempadan Sungai

3,68

14,50

16,61

34,79

2,14

Jumlah

478,90

534,10

615

1.628

100

 

Dari kedua tabel di atas, dapat dilakukan perbandingan antara jumlah total dan persentasepenggunaan lahan di lokasi penelitian pada Tahun 2008 dengan perbandingan antara jumlah total dan persentase penggunaan lahan di lokasi penelitian pada tahun 2012.

D.    Identifikasi Permasalahan

Perkembangan suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kawasan sekitarnya, terutamaantara kota dengan kawasan pinggirannya. Secara fisik perkembangan suatu kota dapatdicirikan dari penduduknya yang semakin bertambah padat, bangunan-bangunan yangsemakin rapat dan wilayah terbangun terutama pemukiman cenderung semakin luas,serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi.Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan dan kegiatan penduduk perkotaan telahmengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar. Pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi telah memacu perkembangan wilayah kota ke pinggiran danmengakibatkan perubahan lahan non urban kearah luar kota terutama oleh kegiatanmanusia untuk bermukim berlangsung secara bertahap seiring dengan waktu danberkembangnya kota. Perkembangan kota juga dapat terlihat dari kenampakan fisik kotayang ditunjukan oleh terbentuknya area pinggiran kota yang mempunyai sifat-sifat miripkota yang disebut urban fringe (Bintarto, 1983).Urban fringe  adalah daerah peralihanpenggunaan lahan, yang ditandai oleh transisi yang tetap dari pertanian ke non pertanianKota Banda Aceh tahun 2012 memiliki total populasi sebanyak 238.784 pendudukyang tersebar pada 9 kecamatan. Terdapat 4,47 persen angka pertumbuhan penduduk diKota Banda Aceh dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 228.562 penduduk (Banda Acehdalam angka, 2012). Kecamatan Lueng Bata, Banda Raya dan Ulee Kareng sebagaikawasan pinggiran kota dengan daya dukung untuk memenuhi kebutuhanmasyarakatnya. Kota Banda Aceh yang kompleks menyebabkan perubahan dalam aspekkeruangan yanga akan mempengaruhi pola perkembangan di kawasan pinggiran kota dengan daya dukung untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Pengembangan wilayah mulai dipandang sebagai solusi untukmempercepat pembangunan wilayah. Meski demikian, praktek yang dilakukan masihbersifat sektoral berdasarkan kepentingan sektor masing-masing. Pelaksanaan pembangunan dengan tinjauan kewilayahan terlihat dari penerapan ekonomi geografi(geografical economic) seperti teori lokasi, teori resources endowment dan teori pusatpertumbuhan (growth pole).Sejalan dengan perkembangan kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi Aceh yang memiliki aktivitas kompleks, kawasan pinggiran sebagai daerah penyangga secaralangsung menerima dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan kota.Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata, dan Ulee Kareng sebagai kawasan pinggiran KotaBanda Aceh berfungsi untuk mendukung aktivitas masyarakat perkotaan yang tinggi.Perubahan penggunaan lahan terbangun pada Kecamatan Ulee Kareng terjadi disepanjang jalur transportasi baru yaitu Jalan Prof. Ali Hasyimi yang melintasi GampongLambhuk, Lamteh, Ilie dan Pango Raya. Pada Kecamatan Banda Raya perubahanpenggunaan lahan terbangun sangat jelas terlihat di Gampong Mibo, Lhong Raya danLampuot. Pada Kecamatan Lueng Bata perubahan penggunaan lahan terbangun terjadidi Gampong Batoh dan Lamdom. Arahan kebijakan pengembangan kawasan pinggirandi Kecamatan Lueng Bata telah menyentuh pada wilayah cepat berkembang yaitu padaGampong Batoh. Namun Gampong Mibo di Kecamatan Banda Raya dan GampongCeurih di Kecamatan Ulee Kareng yang tidak termasuk dalam kebijakan pengembangankawasan pinggiran justru berkembang dengan pesat, sehingga perkembangan kawasanpinggiran pada Kecamatan Banda Raya dan Ulee Kareng berjalan secara alami, tanpaarahan kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh. Pola perkembangan kawasan pinggirandi Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee Kareng terbentuk atas pola radial yangmengikuti pola jaringan jalan.

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN

Berdasarakan beberapa penjelesan pada baba sebelumnya maka dapat disimpulkanbahwa penggunaan lahan di kawasan pinggiran Kota Banda Aceh mengalamipekembangan yang sangat signifikan pada kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2008dengan 2012 khususnya pada Kecamatan Ulee Kareng yaitu sebesar 57,13 persenperkembangan lahan terbangun. Sedangkan Kecamatan Banda Raya sebesar 34,04persen dan Kecamatan Lueng Bata sebesar 7,48 persen. Kecamatan Lueng Bataberkembang sesuai dengan arahan kebijakan Pemerintah Kota Banda. Namunperkembangan kawasan pinggiran Kota Banda Aceh pada Kecamatan Banda Rayadan Ulee Kareng berjalan secara alami tanpa arahan kebijakan Pemerintah KotaBanda Aceh. Untuk itu, perlu adanya arahan pengembangan wilayah cepatberkembang pada daerah hinterland yang belum tersentuh oleh kebijakanpengembangan perumahan permukiman, dengan menyusun RDTRK maupun RTRK pada kawasan cepat berkembang.

 

B.     SARAN

Dari penulisan laporan ini, adapun saran yang kami kemukakan adalah :

1. Suatu perkotaan dapat tumbuh secara alami diluar arahan perencanaan, untuk itu,sebagai seorang planner kita harus selalu siap menghadapi hal tersebut dan dapatberpikir visioner.

2. Kawasan pinggiran bukan merupakan kawasan yang harus digusur, melainkan kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dengan arahan kebijakan pengembangan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik kawasan.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://bandaacehkota.bps.go.id/publication.html

https://bappeda.bandaacehkota.go.id/galeri/banda-aceh-dalam-angka/ https://www.academia.edu/25536099/PENGEMBANGAN_KAWASAN_PINGGIRAN_KOTA_URBAN_FRINGE_BANDA_ACEHbappeda.bandaacehkota.go.id/galeri/banda-aceh-dalam-angka/

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PKN MENGENAL SUKU JAWA

  MAKALAH PKN "MENGENAL SUKU JAWA"   D I S U S U N OLEH : Nama Kelompok 1.Reihaadi 2.Sri Rahayu zoratul ...